Saturday 6 July 2019

Realisme — Pengertian, Ciri-ciri, Tokoh, dan Karya

Aliran Seni Lukis Realisme
  • Pengertian
     Realisme adalah aliran seni lukis yang memandang dunia ini tanpa ilusi, apa adanya tanpa menambah atau mengurangi objek, penggambarannya sesuai dengan kenyataan hidup. Pelukis yang beraliran ini antara lain, Raden Saleh, Gustave Courbet, Edouard Manet, Trubus, Wardoyo, Tarmizi, S. Sudjojono, dan Dullah.
  • Ciri - ciri
Mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh manusia
Menggambarkan kehidupan masyarakat dalam kenyataan situasi dan kondisi
Memiliki detail gambar yang menyerupai aslinya (natural) melalui teknik tinggi yang dikuasai oleh pelukisnya

  • Tokoh & Karya
1. Gustave Courbet
"A Burial at Ornans"
1849 - 1850
"The Painter's Studio"
1855
"The Desperate Man"
1843 - 1845
    2.  Ă‰douard Manet

"The Railway"
1873
"The Fifer"
1873
"Luncheon in the Studio"
1868

Monday 3 June 2019

Naturalisme — Pengertian, Ciri-Ciri, Tokoh, dan Karya

Aliran Seni Lukis Naturalisme

  • Pengertian
      Naturalisme adalah aliran seni lukis yang melukiskan segala sesuatu dengan nature atau alam nyata, artinya sesuai dengan tangkapan mata kita. Naturalisme dalam seni rupa merupakan usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan seting alam. 
      
      Pengertian naturalisme sering tertukar dengan realisme. Berikut ciri-ciri yang dimiliki oleh aliran naturalisme:
  • Ciri-ciri
- Sebagian besar bertemakan keindahan alam
- Objek lukisan adalah kenyataan alam
- Susunan perbandingan, perspektif, tekstur, pewarnaan, dan pencahayaan dibuat seteliti dan seakurat mungkin
- Teknik dan kepiawaian adalah hal yang utama
- Melukiskan potret manusia apa adanya, tanpa dilebih-lebihkan

  • Tokoh & Karya
        Pelukis dengan aliran naturalisme antara lain, Basuki Abdullah, Raden Saleh, William Bliss Baker, John Constable, Abdullah Suriosubroto, dan Thomas Cole.
1. Basuki Abdullah

"Kakak dan Adik"
Basuki Abdullah — 1978

"Diponegoro Memimpin Pertempuran"
1940-1960

"Flower"
2. William Bliss Baker
     
"Hiding In the Haycocks"

"A Pleasant Day at Lake George"

"Connecticut River Valley View"

3. John Constable
"Flatford Mill"
John Constable — 1816

"The Cornfield"
1826

"The Hay Wain"
1821




Sunday 2 June 2019

Aliran Seni Lukis serta Tokoh dan Karya

ALIRAN GAYA LUKISAN


Sebuah lukisan memiliki ciri khas, tema, dan teknik, yang disebut gaya atau aliran. Berdasarkan cara pengungkapannya aliran dan gaya dapat dibedakan/digolongkan menjadi tiga, yaitu representatif, deformatif, dan nonrepresentatif. Berikut penjabaran aliran dan gaya lukisan serta tokoh-tokoh dan karya:

A. Representatif
        
        Representatif dalam seni budaya adalah gaya seni rupa yang menggunakan keadaan nyata pada kehidupan masyarakat dan gaya alam. Gaya seni rupa yang termasuk dalam representatif, yaitu :
  • Naturalisme 
         Naturalisme adalah aliran seni lukis yang penggambarannya alami atau sesuai dengan keadaan alam. Naturalisme melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature atau alam nyata, artinya disesuaikan dengan tangkapan mata kita. Perupa yang beraliran ini antara lain Basuki Abdullah, Abdullah Suryobroto, Mas Pringadi, Wakidi, Rubens, William Bliss Baker, dan Constabel.

Basuki Abdullah

William Bliss Baker
Anthony Shoals

  • Realisme
          Realisme adalah aliran seni lukis yang memandang dunia ini tanpa ilusi, apa adanya tanpa menambah atau mengurangi objek, penggambarannya sesuai dengan kenyataan hidup. Pelukis yang beraliran ini antara lain, Raden Saleh, Gustave Courbet, Edouard Manet,  Trubus, Wardoyo, Tarmizi, S. Sudjojono, dan Dullah



Raden Saleh
Gustave Courbet
Edouard Manet

  • Romantisme

        Romantisme merupakan salah satu aliran tertua dalam sejarah dunia seni lukis. Romantisme adalah aliran seni lukis yang menyajikan nilai-nilai fantastis, indah, dan dramatis. Pelukis yang beraliran ini antara lain, Raden Saleh, Theodore Gerricaul, dan Francisco Goya.

Raden Saleh
Theodore Gerricault
Francisco Goya

B. Deformatif
       
       Deformatif adalah gaya seni rupa dengan perubahan bentuk dari aslinya, sehingga menghasilkan bentuk baru namun tidak meninggalkan bentuk dasar yang asli. 
  • Ekspresionisme
        Ekspresionisme merupakan aliran seni luksi yang mengutamakan ekspresi individu seniman dengan efek-efek emosional.
Pelukis dari aliran ini yaitu, Affandi, Vincent Van Gough, dan Edvard Munch.
Affandi
Vincent Van Gogh
Edvard Munch
  • Impresionisme
       Impresionisme adalah aliran seni lukis yang menampilkan kesan-kesan pencahayaan yang kuat, dengan penekanan tampilan warna dan bukan bentuk. Pelukis dengan aliran ini yaitu, Claude Monet, Edgar Degas, dan James Abbot Mcneill Whistler.

Claude Monet
Edgar Degas

James Mcneill Whistler
  • Surealisme
       Surealisme merupakan aliran yang paling banyak dikenal. Surealisme adalah aliran seni lukis yang menunjukkan daya khayal, kebebasan kreativitas sampai melampaui batas logika. Pelukis yang beraliran ini antara lain, Salvador Dali, Max Ernst, dan Rene Magritte.

Salvador Dali
Max Ernst
Rene Magritte
  • Kubisme
        Kubisme adalah aliran seni lukis yang penggambarannya memiliki bentuk-bentuk geometris. Pelukis dengan aliran ini yaitu, Pablo Picasso, Georges Braque, dan Juan Gris.

Pablo Picasso
Georges Braque
Juan Gris

C. Nonrepresentatif
       
       Nonrepresentatif adalah gaya seni lukis yang penggambarannya dengan bentuk yang sulit dikenali atau bersifat abstrak. Pelukis yang beraliran ini antara lain, Amri Yahya, Sadali, dan Jackson Pollock.

Amri Yahya
Achmad Sadali
Jackson Pollock

Wednesday 25 April 2018

Apakah Seni itu?

Melacak kata 'seni'

Kata 'seni' telah umum dipakai sebagai padanan kata Inggris art. Tetapi, kapankah sebenarnya kata seni itu mulai dipakai dalam pengertian tersebut? Kata seni berasal dari bahasa Melayu (atau Melayu-Tinggi untuk membedakannya dengan bahasa Melayu-Rendah di zaman kolonial), yang berarti 'kecil'. Pada tahun 1936,dalam sajaknya 'Sesudah Dibajak', Sutan Takdir Alisyahbana masih mempergunakan kata ini dalam pengertian kecil tadi (Sedih seni mengiris kalbu). Dan pada tahun 1941, Taslim Ali juga masih mempergunakan kata seni dalam pengertian 'kecil' dalam sajaknya 'Kepada Murai' (Hiburkan hati/Unggasku seni).

Tetapi, dalam majalah Pujangga Baru, 10 April 1935,dalam sebuah esai tulisan R.D., yakni 'Pergerakan '80', telah dipakai kata seni dalam pengertian seperti yang sekarang kita pakai,yaitu art. Dalam esai tersebut termuat kata-kata:


"Seni menjadi 'de aller-individueelete expressie van der individueelste emotie' (kelahiran yang sekhusus-khususnya dari perasaan yang sekhusus-khususnya). Seni tidak mempedulikan ukuran kesusilaan (ethics) lagi, tidak ingin memberi petuah. L'art pour l'art, seni untuk seni. Ukurannya kedapatan dalam dirinya sendiri."
Rupanya pengertian seni dalam padanan art tadi mulai diperkenalkan dan dipakai di lingkungan kaum intelektual zaman itu, meskipun tampak bahwa kata yang sama masih dipergunakan dalam pengertian aslinya, yakni kecil. Dalam zaman sesudah kemerdekaan, kata seni untuk art semakin sering dipergunakan, dan menjadi pengertian art secara resmi sampai sekarang. Bahkan pada tahun 1955 ada majalah khusus yang dinamai Seni, meskipun usianya hanya satu tahun.

Dalam bahasa Melayu-Rendah yang berlaku di lingkungan pers peranakan Cina, tidak dikenal kata seni untuk art. Dalam majalah Sin Po,25 Juli 1931, dalam artikel berjudul 'Raden Saleh', masih dipakai kata menggambar Indonesier. Kadang juga dipergunakan kata tukang teeken atau satu schilder. Dipakai juga sebutan untuk tukang ukir patung dan tukang nyanyi kroncong. Jadi, padanan Melayu-Rendah untuk kata seni adalah tukang.

Dalam bahasa Jawa pun dipergunakan pengertian tukang bagi pekerja seni, tak beda dengan tukang kereta, tukang besi, dan tukang emas. Menurut Prof.Dr. Sudjoko, dalam bahasa Jawa dikenal kata kagunan atau pakaryan untuk jenis seni ini.Dalam kamus Belanda-Melayu susunan Klinkert,seni alias kunst mempunyai pengertian hikmat, ilmu, pengetahuan, kepandaian, ketukangan. Ini sesuai dengan pengertian art dalam bahasa Inggris yang juga berarti art is skill in making or doing ('Art and The Arts',The World Book Encyclopedia). Di sini seni lebih menunjuk kepada pengertian perbuatan atau keterampilan, bukan pengetahuan.

Memang dalam kenyataannya, kata art dapat berarti keterampilan (skill), aktivitas manusia, karya (work of art), seni indah (fine art),dan seni rupa (visual art). Inilah sebabnya orang dapat berbicara tentang seni pengobatan, seni memasak, seni perang, seni berdagang, seni manajemen. Bahkan seluruh hidup kita ini juga suatu 'seni'.

Tentu saja seni sebagai keterampilan, keahlian, dan perbuatan untuk menghasilkan sesuatu tidak lahir begitu saja. Untuk menguasai suatu keterampilan, seseorang harus berpengetahuan terlebih dahulu. Untuk menjadi tukang kereta, seseorang tidak dilahirkan sebagai ahli kereta, tetapi harus belajar, berpendidikan perkeretaan. Dan setiap pendidikan selalu melibatkan teori dan praktek, pengetahuan dan latihan. Orang baru dapat berpraktek setelah berpengetahuan. Lama kelamaan, keserasian antara teori dan praktek akan membentuk suatu insting, suatu sikap dasar keterampilan. Dan kalau sikap dasar keterampilan ini telah dimiliki, orang tinggal memilih menjadi 'tukang' sebenarnya, yang  bekerja berdasarkan ilmu yang diperolehnya, atau menjadi seorang yang kreatif. Yang terakhir inilah yang menyangkut pengertian 'seni'.

Kembali kepada asal kata 'seni' dalam bahasa Indonesia, pengertiannya tampak menjadi aneh.Pengertian 'kecil' (perasaan seni,burung seni) untuk mewakili pengertian 'tukang' atau 'perbuatan' kemudian tampak janggal dan membingungkan. Aktivitas keterampilan yang dikenakan kepada art atau kunst tak ada hubungannya sama sekali dengan pengertian 'kecil'. Mengapa R.D. dulu memilih kata itu untuk kunst?

Kalau pengertian keterampilan fisik saja tak termuat dalam kata seni itu, bagaimana bisa kandungan pengertian kreatif dapat dimasukkan ke dalamnya? Tetapi, begitulah adanya sejarah kata seni kita. Kata itu telah menjadi kosa kata yang baku. Untuk mengubahnya tentu kecil sekali kemungkinannya. Dan untuk apa? Mawar pun tetap mawar meskipun namanya diganti bukan mawar. Kata 'seni' dalam pengertian trampil dan kreatif terpaksa harus diterima, karena kenyataan sejarahnya memang demikian.

Apakah Seni itu?

Apa yang disebut 'seni' memang merupakan suatu wujud yang terindera. Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat dan sekaligus didengar (visual,audio,dan audio-visual), seperti lukisan, musik, dan teater. Tetapi, yang disebut seni itu berada di luar benda seni sebab seni itu berupa nilai. Apa yang disebut indah, baik, adil, sederhana,dan bahagia itu adalah nilai. Apa yang oleh seseorang disebut indah dapat tidak indah bagi orang lain.

Nilai itu sifatnya subjektif, yaitu berupa tanggapan individu terhadap sesuatu (di sini, benda seni atau objek seni) berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Tanggapan individu terhadap suatu benda seni akan membangkitkan kualitas nilai tertentu sesuai dengan nilai-nilai seni yang dikenal dan dialami si individu. Tentu saja hal ini baru terjadi kalau benda seni itu sendiri memang mengandung atau menawarkan nilai-nilai objektifnya. Sebuah penelitian antropologis di suatu negara Afrika menunjukkan bahwa nilai-nilai seni itu baru muncul kalau penanggap seni punya pengalaman dan pengetahuan yang dikandung oleh benda seni. Sebuah karya Beethoven diputar di depan anak-anak Afrika yang sekolah setingkat SMU,dan ternyata beberapa anak dapat menikmati musik itu. Tetapi,ketika karya musik yang sama diputar di depan penduduk pedesaan yang sama sekali belum pernah berhubungan dengan budaya Barat, banyak yang tidak dapat menilai apakah itu musik sedih atau gembira. Mereka tahu bahwa itu musik, namun mereka tak ada yang tahan mendengarkannya sampai habis.

Dalam hal ini kiranya jelas bahwa apa yang disebut seni itu baru 'ada' kalau terjadi dialog saling menberi dan menerima antara subjek seni (penanggap) dengan objek seni ( benda seni). Inilah yang disebut 'relasi seni'. Dalam istilah lain dikatakan kalau terjadi 'jodoh' antara penanggap dan benda seni. Dengan demikian, nilai seni hanya terdapat di dalam suatu wacana. Apa yang disebut seni arsitektur masyarakat Cina berbeda dengan seni arsitektur orang Jawa atau orang Yunani Purba. Kalau demikian, apakah nilai seni itu berbeda-beda menurut tempat dan zamannya? Jawabannya dapat tidak dan ya. Tidak, karena nilai-nilai seni itu muncul dari benda seni dengan material seni atau bahan seni yang sama. Seni musik di mana pun dan kapan pun mendasarkan diri pada material seni berupa bunyi, sedangkan seni lukis berupa bahan warna, seni tari materialnya gerak tubuh manusia. Perbedaannya terletak dalam memperlakukan material seni itu. Untuk itu, marilah kita lihat hubungan antara nilai seni dan material.

Material seni dipilih seniman untuk diolah menjadi medium seni.Misalnya,pelukis memilih cat. Cat ini diolah dalam aspek-aspek mediumnya, seperti warna, tekstur, torehan, garis, bangun, dan lain-lain. Medium ini diolah lagi menjadi wujud-wujud tertentu yang bersifat mimesis (meniru alam) atau ekspresi imajinatif atau abstrak. Pengolahan wujud ini dituntun oleh si gagasan pelukisnya. Dan gagasan itu muncul dalam diri seniman akibat tanggapan atau perhatiannya terhadap suatu objek (subject matter). Dari uraian di atas jelaslah bahwa apa yang disebut nilai seni terdapat pada tahap pengolahan dan hasil pengolahan medium seni, wujud seni, dan isi seni. Dengan demikian, kita sampai pada kesimpulan bahwa nilai seni itu terletak pada aspek wujud dan isi (content) benda seni.

Dalam hal ini, setiap bidang seni memiliki material seninya masing-masing yang jelas berbeda-beda. Material seni mengandung kekayaan mediumnya sendiri-sendiri pula. Dan setiap material seni mengandung kekayaan kemungkinan-kemungkinannya sendiri dan juga berbagai keterbatasan mediumnya, sehingga seni tari berbeda dengan seni lukis, seni sastra berbeda dengan seni film. Gagasan yang muncul dari seorang sastrawan akan melahirkan dua bentuk seni yang berbeda, baik secara isi maupun bentuknya. Inilah sebabnya sebuah karya novel yang bermutu sering menjadi sebuah karya film yang kurang bermutu, atau sebaliknya. Tetapi yang jelas, setiap karya seni,apa pun bidangnya,dapat dilihat dari aspek bentuk dan isinya. Di sini kita bisa bicara tentang nilai-nilai bentuk seni dan isi seni.

Yang pertama kita tangkap dari sebuah benda seni adalah nilai bentuk seninya.Bentuk ini diwujudkan oleh material-medium seninya masing-masing, sehingga kita segera tertarik oleh daya pesona inderawinya (warna,bunyi). Inilah nilai seni yang bersifat kualitas empiris, yang setiap orang dapat memberikan tanggapan berbeda-beda (nilai subjektif).Dan perbedaan nilai ini mulai bertambah lagi ketika wujud-wujud inderawi yang ada pada benda seni itu kita lihat susunan atau penempatannya; dengan kata lain: strukturnya. Benda seni itu sendiri terdiri dari unsur-unsur bentuknya dalam struktur tertentu,tetapi tanggapan orang dapat berbeda-beda pula dalam menyusun struktur subjektifnya (nilai struktur). Aktivitas restrukturisasi benda seni oleh penanggap ini akan melahirkan tafsir isi seni yang berbeda-beda pula.

Apakah yang dimaksud dengan isi seni itu?Yang dimaksud di sini adalah 'isi jiwa' seniman yang terdiri dari perasaan dan intuisinya, pikiran dan gagasannya. Sebuah benda seni secara simultan memberikan kesatuan nilai-nilai melalui bentuknya. Melalui bentuk itulah tertangkap isi. Dalam hal ini ada dua aliran besar dalam aliran seniman, yakni bahwa isi tidak penting dalam benda seni, yang paling penting adalah bentuk demi bentuk itu sendiri. Inilah aliran disinterestedness (ketanpapamrihan) atau secara populer dikenal dengan semboyan 'seni untuk seni'. Sementara itu, aliran yang lain menekanken aspek isi ini dalam seni, bahwa seni itu selalu mempersoalkan nilai-nilai hidup lingkungan manusia.

Dengan demikian, sebuah benda seni disebut sebagai seni kalau sudah berada di tangan penanggap seni. Seni itu masalah komunikasi, masalah relasi nilai-nilai. Sebuah benda akan disebut seni kalau melahirkan relasi seni berupa munculnya berbagai nilai dari benda tersebut. Sebuah sadel sepeda tiba-tiba dapat menjadi sebuah patung di tangan seniman Picasso, karena seniman ini menawarkan nilai-nilai bentuk yang membawa penanggap pada isi kualitas yang dimiliki oleh seekor banteng.

Nilai itu selalu bersifat subjektif fan karenanya selalu bersifat historis. Nilai itu amat tergantung dari tempat dan zamannya. Nilai itu bersifat kontekstual.Apa yang pada tahun 1920, suatu perbuatan dinilai tidak sopan, misalnya gadis naik sepeda, maka pada masa sekarang hal itu dinilai wajar saja. Begitu pula sebuah sajak Pujangga Baru pada tahun 1930-an bernilai seni tinggi, pada masa sekarang mungkin banyak yang dinilai kurang memadai lagi. Bahwa nilai seni itu juga konstektual, dapat ditinjau dari segi bentuk dan isinya. Bentuk seni yang konstektual itu disebut idiom seni sezaman, yakni bagaiman isi seni biasanya diwujudukan dalam sebuah bentuk seni, dan isi seni itu sendiri jelas membawa nilai-nilai masyarakat sezamannya. Dalam benda seni terbawa nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat si seniman, entah seniman menyetujui nilai-nilai masyarakatnya, menolaknya, atau memberi tafsir baru atas nilai- nilai tersebut. Inilah pentingnya mengapa seorang penanggap atau seniman perlu mempelajari  sejarah seni bidangnya. Dari pengetahuan ini dia akan lebih mampu menciptakan nilai-nilai baru atau bagi penanggap akan lebih memudahkan menemukan nilai-nilai dalam benda seni yang dihadapi. Meskipun nilai seni itu kontekstual secara bentuk dan isi, namun ada pula nilai-nilai yang sifatnya universal melewati batas waktu dan tempat. Ini karena struktur jiwa manusia itu sepanjang sejarahnya tetap sama. Dan, karena benda seni merupakan bentuk ungkapan manusia, tentu terbawa pula karakteristik kejiawaan manusia dari zaman apa pun. Dengan demikian, persoalan nilai kontekstual dan universal dalam seni adalah persoalan seniman itu sendiri, apakah dia mampu melihat aspek-aspek nilai universal ketika menanggapi masalah-masalah nilai konteksnya. Embrio nilai isi seni itu selalu kontekstual, dan seniman yang sejati selalu berusaha melihat persoalan kontekstual itu secara universal dalam arti selalu berusaha melihat nilai hakiki masalahnya. Benda-benda seni yang demikian itulah yang akan abadi.

Dikutip dari buku Filsafat Seni

Saturday 13 January 2018

Penjelasan dan Panduan Menggambar


Menggambar merupakan kegiatan yang pastinya sudah dilakukan sejak kecil bukan? Jadi,sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan menggambar itu?
Simak penjelasan - penjelasan mengenai menggambar berikut ini.

A. Pengertian Menggambar
     
     Menggambar merupakan kegiatan yang berhubungan dengan imajinasi atau ingatan berdasarkan penglihatan,kemudian dituangkan melalui media kertas dan alat-alatnya.
Lalu,apa bedanya dengan seni lukis? Kalau senin lukis berarti sebuah pengembangan yang utuh dari menggambar.Biasanya menggunakan kanvas,dan peralatan yang lebih lengkap dan berwarna.
Sebelum tahu beberapa cara menggambar,kenali terlebih dahulu faktor dan peralatan dalam menggambar.
Sebenarnya,hasil menggambar dipengaruhi beberapa faktor.Berikut beberapa faktor yang bisa memengaruhi hasil gambaran seseorang.

a. Bakat alami
    Apakah seseorang bisa menggambar atau tidak bisa ditentukan melalui kekuatan alami alias bakat.Hal ini yang membuat seseorang memiliki corak gambar atau pola goresan yang berbeda dengan orang lain.Namun pada dasarnya,bakat itu juga bukan faktor utama sebagai indikator kepiawaian kita dalam menghasilkan goresan menakjubkan."Hadiah" dari Tuhan ini akan sia-sia belaka jika kita enggan mengasahnya.
b. Mau belajar
    Belajar mengasah bakat menggambar pun merupakan faktor penentu dalam menghasilkan gambar yang bagus.Seseorang bisa menghasilkan gambar yang "WAH" walaupun awalnya tidak memiliki bakat,jika terus mau belajar.Jadi,belajar merupakan sebuah kuncinya.

c. Terus asah kemampuan
    Faktor yang berikutnya adalah mau untuk mengasah kemampuan secara disiplin.
Belajar menggambar sama halnya dengan belajar matematika,gampang-gampang susah,atau malah susah-susah gampang.Waktu belajar matematika kita harus memiliki ketekunan dan ketelitian tinggi.Menggambar pun memerlukan ketekunan dan ketelitian seperti itu.Tetapi,ada faktor tambahan yang tidak boleh ketinggalan,yaitu perasaan,dan imajinasi.

d. Tingkatkan imajinasi
    Jika ada lima orang ilmuwan matematika mengerjakan satu soal matematika (tidak boleh saling menyontek),bisa dipastikan hasil akhir/jawaban soal antara ilmuwan satu dengan yang lainnya adalah sama.Perbedaan ini akan terlihat jika ada lima orang pelukis menggambar apel di atas meja dengan ketentuan tidak boleh menyontek juga,maka hasil akhir gambarnya bisa berbeda-beda.Bisa jadi seorang pelukis menggambar meja klasik dengan ukiran,apelnya diletakkan pada nampan kuningan yang tepinya pun berukir.Jumlah apelnya mungkin lebih dari satu buah.Ini menunjukkan bahwa si perupa memiliki imajinasi tinggi dan rumit,mungkin perasaannya juga lebih feminin,dan hubungan sosialnya dengan orang lain cukup bagus.
Sedangkan,seorang perupa yang menggambar hanya sebuah apel yang diletakkan di atas meja kayu dengan model minimalis,menunjukkan bahwa si perupa memiliki imajinasi dan pikiran.Mungkin juga lebih idealis,dan berwatak kaku.
Seperti belajar psikologi,kan?

B. Mengapa Menggambar?

  Sebenarnya apa sih gunanya kita bisa menggambar?Paling cuma hobi saja,kan? Benar,menggambar adalah hobi.Namun jangan salah,menggambar bisa jadi sebuah peluang usaha.Misalnya,ketika kita terjun sebagai seorang ilustrator,pembuat iklan,maupun menjadi seniman lukis.Bahkan menjadi guru TK pun ada baiknya kalau bisa menggambar,sebab gambar adalah salah satu sarana komunikasi.Sebuah gambar mampu menceritakan banyak hal,ada ribuan kata tertulis di dalamnya!
    Kita ingat-ingat kembali! Pada zaman pra sejarah (zaman ketika orang belum mengenal tulisan) fungsi gambar sama dengan alat komunikasi tertulis pada zaman sejarah.Manusia purba menyampaikan pesan lewat gambar di dinding-dinding gua,pahatan batu,dan di pohon-pohon.Mereka membuat banyak gambar,mulai dari goresan sederhana berbentuk semacam tanda,sampai lukisan gua yang menceritakan kehidupan mereka.Berkat jejak yang mereka tinggalkan.kita bisa mengetahui keberadaan manusia purba walaupun kita hidup ribuan tahun setelah itu.Huruf-huruf Mesir kuno juga berupa gambar,ada yang berbentuk mata,burung,tongkat,manusia,dan sebagainya.Jadi,apakah sempat terpikir di benak kita bahwa huruf-huruf yang kita pakai sekarang juga berupa gambar berbentuk lambang/simbol?

C. Start Now!

    Kita tidak perlu memikirkan bahan dan alat yang rumit.Menggambar tidak membutuhkan itu semua.Yang kita perlukan hanya pensil,kertas,penghapus,dan penggaris.Terkadang kita juga memerlukan jangka,tetapi kita hanya akan membutuhkannya pada saat menggambar benda tertentu,khususnya benda mati.
Bagi pemula sangat perlu untuk lebih mengenal alat-alat gambar yang akan kita gunakan.
  • Pensil 
Pensil untuk menggambar memiliki bermacam-macam ukuran ketebalan.Nantinya,kita akan lebih banyak menggunakan pensil jenis B.Ragam pensil ini terdiri dari pensil B,2B,3B,4B,5B,6B,7B,dan 8B.
Ada juga pensil jenis H.Pensil jenis ini lebih banyak digunakan oleh para arsitek.Pensil jenis ini adalah pensil H,2H,3H,4H,5H,6H,7H,dan 8H.
                                                                       
                                  
Pensil jenis H memiliki tingkat kekerasan mata pensil lebih tinggi dibanding mata pensil B.Jenis pensil HB kekerasannya berada di pertengahan antara pensil H dan pensil B.Pensil HB,B,dan 2B digunakan untuk menggambar sketsa.Pensil jenis B lain yang lebih tebal kita gunakan untuk membuat outline (garis luar yang memberi bentuk gambar),dan untuk mengarsir.Semua itu tergantung keperluan kita.
  • Penggaris dan Jangka 
Penggaris digunakan sebagai alat ukur panjang.Sedangkan jangka biasanya digunakan untuk menggambar bidang lengkung/lingkaran.Untuk menggambar dengan teknik isometric (menggambar bangun ruang/bidang sebagai permulaan menggambar),kita akan memerlukan bantuan penggaris dan jangka.Penggaris yang kita gunakan juga tidak hanya satu macam.Sebaiknya sediakan juga penggaris siku.
Sementara menggambar dengan teknik still life (menggambar secara langsung tanpa menggunakan bangun/bidang datar tertentu sebagai permulaan),lebih sedikit menggunakan penggaris dan jangka.Dengan teknik ini,kita langsung menggoreskan pensil di atas kertas.Bagi yang sudah profesional,teknik seperti ini lebih disukai karena waktunya lebih singkat.Proporsi objek biasanya ditentukan menggunakan "ilmu kira-kira",karena kita menggunakan mata sebagai lensa fotografi dan tangan sebagai pencetak gambar.
  • Penghapus
Kita semua tahu kegunaan penghapus,yaitu menghapus ketika terjadi kesalahan menggores saat menggambar.Namun,ada hal lain yang bisa dilakukan oleh penghapus,yaitu membantu kita mendapatkan arsiran gradasi.Tentu saja teknik menghapusnya harus teratur,searah,dan tidak boleh terlalu ditekan.Jika penekanannya kuat,bukan arsiran gradasi yang kita dapat,tapi kita kehilangan hasil karya kita.
  • Kertas
Segala jenis kertas bisa digunakan untuk menggambar.Namun kertas yang baik untuk menggambar dengan pensil adalah yang tidak licin,karena goresan pensilnya tidak akan tampak.Kertas yang agak kasar bagus untuk menggambar dengan pensil,karena goresannya akan terlihat jelas.Kertas juga tidak boleh terlalu tipis,dikhawatirkan mudah sobek.Pensil yang menempel pada kertas,suatu saat bisa saja luntur terkena gesekan (benda dan udara).
Kalau kita ingin mengabadikan karya kita,bisa menyemprotkan consentrate fixative (istilah awamnya kertas kita dipernis/dipelitur) pada permukaan kertas.Bisa juga menyimpannya dalam tempat-tempat kedap udara,plastik yang di-press,dan pigura dengan kaca pelindung.

D. Finishing Touch

    Menggambar tidaklah sempurna bila tidak disertai dengan pemolesan. Untuk membuatnya tampak hidup,kita pun hanya memerlukan pensil.Sepertinya mudah,ya?Eits,tunggu dulu.Polesan inilah yang akan menentukan supaya gambar kelihatan lebih hidup.
  • Mengarsir
                                  http://img14.deviantart.net/0e93/i/2012/182/5/0/sketchbook_pro___cross_hatching_brush_set_by_autodidactartacademy-d55lmn4.jpg 
Kepiawaian membuat arsiran adalah modal terbesar untuk membuat gambar menjadi lebih sempurna.Ada bermacam-macam jenis arsiran. 
a.  Arsiran searah
     Pada umumnya arsiran yang paling sering digunakan dan paling dikenal adalah arsiran 
     searah.Arsiran searah ini lebih banyak dipilih karena hasilnya lebih halus.
b.  Arsiran silang
     Arsiran silang adalah arsiran yang dibuat dengan cara menggoreskan pensil ke dua
     arah berlawanan sehingga garis-garis/arsirannya saling berpotongan dan tumpang
     tindih.Arsiran seperti ini biasanya digunakan untuk memberikan efek kain transparan,
     arsiran pada kain sofa agar tampak kasar,dan kain kasa.
c.  Arsiran acak
     Bentuk arsiran ini tidak beraturan dan simetris.Bentuknya bisa berupa titik-titik,garis-
     garis memanjang,dan garis-garis tak beraturan.Arsiran seperti ini misalnya untuk
     menggambar rambut buah rambutan,batang pohon,pohon berdaun jarus,dan batu.
d.  Arsiran gradasi
     Jenis arsiran lain yang akan kita gunakan untuk menyempurnakan gambar kita adalah
     arsiran gradasi.Arsiran ini memiliki tingkat ketebalan berbeda sebagai efek
     pencahayaan suatu benda.Teknik membuatnya cukup mudah,pada bagian yang tebal
     kita berikan tekanan lebih pada pensil.Semakin lama tekanan itu semakin berkurang
     sehingga tercipta arsiran yang lebih terang.Kadang-kadang kita bisa juga memanfaat-
     kan penghapus.Penghapus kita letakkan pada tempat yang ingin dibuat lebih terang
     arsirannya,lalu goreskan penghapus tersebut.Yang perlu diingat,penghapus tidak
     boleh ditekan terlalu kuat (penekanannya ringan saja) supaya gambar kita tidak
     hilang.
  • Mengampelas 
Perkakas yang hendak diperbaiki catnya biasanya diampelas terlebih dahulu supaya hasilnya lebih baik.Begitu juga dengan arsiran gambar.Mengampelas sebenarnya menggosok arsiran dengan ujung jari atau kertas.
Apa kegunaannya?Supaya arsiran kita kelihatan lebih halus.Mengampelas sangat bagus untuk membuat gradasi.Mengarsir bayangan juga baiknya menggunakan teknik ini.
Tiap model/cara mengarsir yang berbeda akan menimbulkan efek yang berbeda pula pada benda.Arsiran pada kaca,logam,dan kain kita ampelas supaya gradasinya kelihatan lebih halus.Sedangkan pada kayu dan batu kita bisa menorehkan arsiran acak/kasar tanpa diampelas.


Demikian penjelasan-penjelasan mengenai menggambar.  
Semoga dapat bermanfaat dan kita dapat pengetahuan yang luas mengenai menggambar.

Penjelasan dan Panduan Menggambar

Menggambar merupakan kegiatan yang pastinya sudah dilakukan sejak kecil bukan? Jadi,sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan menggambar i...